Kamus Besar Bahasa
Indonesia mendefinisikan krisis sebagai keadaan yang berbahaya; parah sekali,
keadaan yang genting serta keadaan suram. Kata krisis memang identik dengan
sesuatu yang tidak menyenangkan. Krisis moneter telah menyebabkan negeri ini
mengalami kebangkrutan. Pemutusan hubungan kerja terjadi dimana-mana,
perusahaan-perusahaan besar yang diharapkan mampu menjadi tumpuan ekonomi
ternyata malah banyak yang bangkrut. Tapi krisis ini justru menjadi pemicu
munculnya ‘Indonesia Baru’. Masyarakat menjadi tergerak untuk melepaskan
keresahan mereka akan ketidakpuasan rezim Orde Baru.
Krisis ekonomi
global, krisis perbankan, krisis moral ataupun krisis lainnya memang
menyiratkan sesuatu yang buruk dan tidak direncanakan. Krisis juga seringkali
melanda perusahaan –besar ataupun kecil-. Misalnya saja kasus Tylenol yang menimpa Johnson & Johnson pada tahun 1982.
Lusinan kapsul terkontaminasi zat sianida. Tujuh orang yang meminum kapsul
tewas segera (Putra dalam Ardianto, 2011). Sebagai produsen, Johnson & Johnson langsung menarik
kembali obat tersebut dengan biaya mencapai lebih dari 100 juta dolar.
Apa sebenarnya
krisis jika dipandang dalam konteks public
relations? Fearns-Banks menyatakan
bahwa krisis adalah situasi atau kejadian besar dengan dampak negatif yang
secara potensial mempengaruhi sebuah organisasi atau industri, termasuk publik,
produk, jasa atau nama baik (dalam Ardianto, 2011). Definisi ini menekankan
bahwa krisis memiliki kecenderungan berdampak negatif pada perusahaan. Biaya
penarikan produk sebesar 100 juta dolar oleh Johnson & Johnson serta penurunan nama baik tentu dampak
negatif dari krisi Tylenol.
Holsti
mendefinisikan krisis sebagai situasi-situasi yang ditandai dengan keterkejutan
dan mengancam nilai-nilai penting, serta membuat keputusan dalam waktu singkat
(dalam Ardianto, 2011). Kemunculan memang sulit diprediksi dan selalu membuat
kejutan. Serta penanganan krisis memang membutuhkan waktu yang singkat. Krisis
tidak dapat dibiarkan berlarut-larut karena berdampak negatif pada perusahaan. Tell it all and Tell it fast merupakan
kunci penanganan krisis yang baik (Seitel dalam Ardianto, 2011).
White dan Mazur
(dalam Baines, Egan dan Jefkins, 2004) mendefinisikan krisis kedalam tiga
karakteristik, yaitu (1) Mengancam kelangsungan hidup, keselamatan dan
keberadaan organisasi/perusahaan, (2) Para pengambil kebijakan harus bergerak
cepat untuk menyelesaikan krisis, (3) Tekanan (stress) dirasakan oleh pihak yang diberi tanggung jawab
menyelesaikan krisis. Dampak negatif, waktu penyelesaian cepat dan tekanan
merupakan ciri khas krisis yang dapat terjadi pada perusahaan. Februari 2011
Toyota terpaksa harus me-recall
sebanyak 2,17 juta kendaraan lantaran masalah pada pedal gas. Kebijakan ini
diambil setelah mendapat laporan beberapa kecelakaan pada kendaraan Toyota yang
diakibatkan oleh macetnya pedal gas. Proses recall
ini memang merupakan kebijakan yang tepat sebelum terjadi dampak yang lebih
besar lagi.
Lerbinger (dalam Tench
dan Yeomans, 2006) mengkategorikan krisis berdasarkan dua faktor penyebab,
yaitu kegagalan manajerial serta tekanan lingkungan. Kedelapan kategori
tersebut adalah (1) Alam, misalnya saja kasus tsunami Jepang yang menyebabkan
pabrik Honda dan Nissan merugi besar. (2) Teknologi, product recall pada Toyota merupakan salah satu kegagalan teknologi
yang menyebabkan krisis, (3) Konfrontasi, kasus boikot oleh konsumen karena
Shell Oil ingin menenggelamkan kilang minyak di Brent Spar, (4) Tekanan dari
luar. Tekanan ini biasanya berasal dari pihak yang dikecewakan oleh perusahaan
atau komunitas yang tidak setuju dengan aksi perusahaan, (5) Ketidakseimbangan
nilai pada manajemen, misalnya kasus Barings Bank yang bangkrut lantaran dana
nasabah dipergunakan tidak semestinya oleh manajemen, (6) Penipuan, bisa
dilakukan oleh manajemen ataupun oleh pihak luar. Misalnya saja manajemen nakal
yang mencantumkan pajak penghasilan karyawan lebih besar dari nilai yang
ditentukan oleh pemerintah, (7) Kenakalan manajemen, kasus kenakalan manajemen
Enron merupakan kasus nyata yang cukup merisaukan perusahaan dank klien mereka,
dan (8) Ekonomi dan bisnis, kemunculan industri IT ternyata telah mempengaruhi
gaya manajemen ataupun pelayanan perusahaan-perusahaan di dunia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar