Halaman

Senin, 14 Mei 2012

Studi Kasus Sebagai Sebuah Desain Penelitian Kualitatif


Denscombe (2007) menyatakan bahwa studi kasus fokus pada satu (atau beberapa) contoh dari fenomena tertentu dengan maksud untuk melakukan penelahaan mendalam tentang sebuah peristiwa, hubungan, pengalaman ataupun proses yang terjadi dalam kasus tersebut. Lebih lanjut lagi, Denscombe memaparkan lima karakteristik studi kasus yang antara lain : (1) Menyorot satu peristiwa, (2) Penelaahan mendalam, (3) Fokus kepada hubungan antar aspek kasus dan proses, (4) Setting alamiah, dan (5) Penggunaan beberapa sumber serta metode.
Sebagai satu metode yang digunakan untuk menelaah peristiwa secara mendalam, studi kasus memang haruslah menyorot satu peristiwa yang menjadi kajian utama. Karakteristik berikutnya adalah penelaahan mendalam.Ini merupakan ciri khas studi kasus secara umum.Pendalaman pemahaman penulis terhadap kasus merupakan instrumen kunci pada studi kasus.Berkaitan dengan karakteristik selanjutnya, penelahaan tersebut dapat dilakukan dengan mencoba memecah kasus kedalam beberapa aspek yang kemudian dicari kaitannya. Pemahaman penulis akan kronologis terjadinya kasus juga menentukan kedalaman studi yang dilakukan.
Setting alamiah merupakan karakteristik dari semua penulisan kualitatif. Ini berarti penulis tidak akan memanipulasi objek studi (kasus). Penulis hanya akan bertindak sebagai penonton tatkala kasus yang dipelajari sedang terjadi. Dan untuk memperkuat keabsahan data, karakteristik yang terakhir merupakan acuan utama yaitu adanya variasi dalam pemerolehan data.
Tidak semua fenomena dapat dikategorikan sebagai kasus. Louis Smith (dalam Denzin dan Lincoln: 2009) memberi definisi yang yang cukup jelas bagi sebuah kasus, yaitu “sistem yang terbatas” (a bounded system). Dalam ilmu-ilmu sosial dan layanan kemanusiaan, kasus memiliki bagian-bagian operasional, bisa jadi bertujuan dan bahkan memiliki jiwa. Kasus adalah sebuah sistem yang padu. Bagian-bagian tidak harus beroperasi dengan baik, tujuan bisa jadi irasional, namun itu tetaplah sebuah sistem.
Mengenai batasan sistem ini pun Denscombe menyatakan dengan jelas, bahwa studi kasus harus memiliki batasan pembeda yang jelas (distinct boundaries). Batasan tersebut sangat berguna untuk membedakan satu kasus dengan kasus yang lain. Batasan  tersebut juga berguna sebagai pembatas kajian suatu penulisan. Dengan memberikan batasan, maka penulis akan tertolong untuk menjaga penulisan agar tetap fokus.
Ardianto (2010) mendefinisikan studi kasus sebagai pendekatan dalam penulisan yang menelaah suatu kasus secara intensif, mendalam, mendetail dan komprehensif. Definisi tersebut bermakna bahwa penulis studi kasus merupakan orang yang paham mengenai kasus yang sedang diteliti. Pemahaman mendalam mengenai kasus dapat diperoleh melalui berbagai sumber: media massa, individu yang telibat dalam kasus ataupun lembaga / organisasi.
Pembelajaran melalui media massa dapat dilakukan dengan memantau pemberitaan mengenai isu kasus. Penulis dapat membaca surat kabar –kemudian mengkliping ataupun membuka situs internet berita. Dari pemantauan tersebut penulis berupaya mempelajari kronologis terjadinya kasus serta berbagai aspek yang saling berkaitan.
Pemahaman mengenai kasus juga dapat diperoleh dengan berinteraksi secara intensif dengan orang-orang yang terlibat dalam suatu kasus. Apabila kasus tersebut melibatkan sebuah organisasi / lembaga, maka informasi mengenai kasus dapat diperoleh dengan mewawancarai karyawan.
Studi kasus dapat dikategorikan kedalam tiga jenis, yaitu deskripsi, eksplorasi dan perbandingan (Denscombe: 2007). Jenis pertama hanyalah menggambarkan apa peristiwa apa saja yang terjadi pada saat suatu kasus berlangsung. Penjabaran kasus dapat dilakukan dengan menceritakan kronologis kasus; apa faktor pemicu, apa/siapa yang menjadi korban dalam kasus, kerugian apa yang diderita oleh lembaga/komunitas/individu serta apa yang dilakukan untuk menyelesaikan kasus tersebut.
Jenis kedua memaksa penulis untuk bekerja lebih keras lagi. Laporan penulisan yang dibuat diharapkan tidak hanya  menggambarkan kasus dari permukaan. Penulis harus menyelam lebih dalam lagi pada beberapa isu penting dalam kasus. Dalam penulisan ini, pendekatan eksplorasi ini coba penulis gunakan. Laporan penulisan yang dibuat diharapkan lebih dari sekedar menggambarkan kasus dari permukaan.
Jenis ketiga membutuhkan dua kasus serupa untuk diteliti. Misalnya saja untuk isu pemogokan karyawan. Selain pemogokan karyawan yang terjadi di Freeport penulis harus mencari kasus yang serupa. Misalnya saja kasus pemogokan Freeport dibandingkan dengan kasus pemogokan pada PT. Suzuki Indomobil Motor yang memiliki karakteristik sama, yaitu penuntutan kenaikan upah.
Lain lagi dengan Denzin dan Lincoln (2009) yang membagi studi kasus kedalam tiga jenis, yaitu:
1)      Studi kasus intrinsik. Jenis ini ditempuh oleh penulis yang ingin lebih memahami sebuah kasus tertentu. Jenis ini ditempuh bukan karena suatu kasus mewakili kasus-kasus lain atau karena menggambarkan sifat atau permasalahan tertentu, namun karena, dalam seluruh aspek kekhususan dan kesederhanaannya, kasus itu sendiri menarik minat.
2)      Studi kasus instrumental. Jenis ini digunakan untuk meneliti suatu kasus tertentu agar tersaji sebuah perspektif tentang isu atau perbaikan suatu teori. Dalam hal ini, kasus tidak menjadi minat utama; kasus memainkan peranan suportif, yang memudahkan pemahaman kita tentang sesuatu yang lain. Dalam hal ini, kasus seringkali dicermati secara mendalam, konteksnya dikaji secara menyeluruh dan aktivitas kesehariannya diperinci. Suatu kasus  bisa dipandang sebagai sebuah gambaran tipikal bagi kasus-kasus lain. Pemilihan sebuah kasus lebih disebabkan karena hasrat kita untuk meningkatkan pemahaman tentang minat yang lain.
3)      Studi kasus kolektif. Jenis ini dapat dilakukan pada saat penulis lebih tertarik untuk mengkaji sejumlah kasus secara bersamaan agar fenomena, populasi atau kondisi umum dapat terbongkar.

Bahan Bacaan:
Ardianto, Elvinaro. 2010. Metodologi Penelitian untuk Public Relations: Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung: Simbiosa Rekatama Media
Denscombe, Martin. A Good Research Guide : for Small Scale Social Research Projects. Edisi Ketiga. London : McGraw Hill
Denzin, Norman dan Lincoln, Yvonna. 2009. Handbook of Qualitative Reasearch. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

1 komentar: