Mengambil Tindakan
dan Berkomunikasi
Ada dua kajian utama dari proses
ini, yaitu komponen aksi dan komunikasi. Komponen aksi meliputi tindakan
responsif dan bertanggung jawab, mengoordinasikan aksi dan komunikasi serta
tindakan sebagai respon sistem terbuka. Komponen komunikasi meliputi pengemasan
pesan, semantik, simbol, rintangan dan penyebaran pesan.
Praktisi PR harus mampu
mengoordinasikan keduanya. Strategi aksi dikonsentrasikan pada penyesuaian atau
adaptasi di dalam organisasi. Namun, sebuah kesempatan untuk
mengimplementasikan perubahan itu mensyaratkan agar pimpinan manajemen dan
praktisi mendefinisikan PR sebagai sesuatu yang lebih dari sekedar publisitas
dan komunikasi persuasif.
Strategi aksi merupakan bagian
utama dari progam tetapi hanya sebagian dari seluruh program PR yang tidak
kelihatan di permukaan. Komunikasi, yang biasanya merupakan komponen yang lebih
tampak, berfungsi untuk mengimplementasikan dan mendukung strategi aksi.
Misalnya saja dalam pengemasan pesan. Prinsip pertama dari pengemasan isi pesan
untuk komunikasi adalah mengetahui dari dekat pandangan klien atau karyawan dan
situasi masalah. Prinsip kedua adalah mengetahui kebutuhan, kepentingan dan
perhatian dari publik sasaran.
Praktisi PR harus membingkai pesan
mereka agar menjadi pesan yang bernilai berita. Pesan juga harus dapat dipahami
–tidak rumit, bebas dari jargon dan mudah ditangkap. Pesan harus mengandung
topik dan bersifat lokal agar audien tertarik dengan informasi yang dekat
dengan mereka. Pesan harus saling
menguntungkan sebagaimana halnya strategi aksi. Isi pesan harus disusun
sedemikian rupa sehingga informasinya menjawab pertanyaan audien, merespon
kepentingan dan perhatian audien.
Langkah komunikasi dalam proses PR
sering kali membutuhkan upaya untuk mempengaruhi pengetahuan, opini dan
tindakan kelompok yang besar dan jauh. Tingkat akselerasi penemuan,
pengembangan dan penyebaran inovasi membuat komunikator harus mampu mentransfer
informasi kepada orang yang membutuhkannya.
Evaluasi Program
Evaluasi adalah proses yang terus
menerus dan penting. Tahap evaluasi dapat dilakukan pada level persiapan,
implementasi dan dampak. Evaluasi persiapan dilakukan untuk menilai kualitas
dan kecukupan pengumpulan informasi dan perencanaan strategis. Evaluasi implementasi
akan mencatat kecukupan taktik dan upaya. Evaluasi dampak menyediakan umpan
balik tentang konsekuensi dari program.
Kecukupan informasi latar belakang
diukur dengan menitikberatkan pada beberapa hal penting seperti Apakah publik
utama tidak dimasukkan dalam penentuan kelompok stakeholder? Apa asumsi tentang
publik yang ternyata salah? Apakah jurnalis meminta informasi yang tidak
tersedia dalam paket latar belakang? Apa krisis terakhir yang membutuhkan riset
tambahan dan pengorganisasian informasi?
Evaluasi implementasi dilakukan
dengan menghitung jumlah publikasi cetak, news release yang didistribusikan,
berita yang ditempatkan di media, dan pembaca, pemirsa atau pendengar. Kemudahan
yang dirasakan dalam menghitung jumlah kolom, siaran, pembaca, penonton,
hadirin dan kesan umum barangkali merupakan alasan dibalik banyaknya penggunaan
metode evaluasi pada level ini.
Evaluasi dampak mencatat seberapa
jauh hasil yang dinyatakan dalam sasaran untuk masing-masing publik sasaran dan
keseluruhan tujuan program telah dicapai. Penialain dampak menengah akan
memonitor kemajuan ke arah sasaran dan tujuan saat program masih
diimplementasikan.
Riset evaluasi dipakai untuk
mempelajari apa yang terjadi dan mengapa, bukan untuk membuktikan atau
melakukan sesuatu. Misalnya, satu organisasi melakukan proyek evaluasi dengan
tujuan menjustifikasi pemecatan pejabat komunikasi seniornya. Dalam kasus lain,
riset evaluasi dilakukan untuk menunda atau menjustifikasi keputusan atau
membujuk seseorang untuk mendukung atau tidak mendukung sesuatu. Perbedaannya
adalah riset evaluasi yang sejati
dilakukan untuk mendapatkan informasi secara objektif, sedangkan riset untuk
penggunaan simbolik dilakukan untuk mendukung posisi yang sudah dianut atau
keputusan yang sudah dibuat. Terdapat sepuluh langkah dasar dalam proses
evaluasi, yaitu:
1)
Membangun kesepakatan tentang kegunaan dan
tujuan evaluasi.
2)
Menjamin komitmen organisasi pada evaluasi dan
susun dasar-dasar riset untuk program.
3)
Bangun consensus tentang penggunaan riset
evaluasi di dalam departemen.
4)
Tulis sasaran program dalam istilah yang dapat
diamati dan diukur.
5)
Pilih criteria yang paling tepat.
6)
Tentukan cara terbaik untuk mengumpulkan bukti.
7)
Buat catatan program yang lengkap.
8)
Gunakan temuan evaluasi untuk mengelola program.
9)
Laporkan hasil evaluasi kepada manajemen.
10) Tambahkan
ke pengetahuan professional.
*** Artikel Manajemen Public Relations Chapter 1 dan 2 merupakan ringkasan dari Buku Effective Public Relations karya Cutlip, Center dan Broom
*** Artikel Manajemen Public Relations Chapter 1 dan 2 merupakan ringkasan dari Buku Effective Public Relations karya Cutlip, Center dan Broom
Tidak ada komentar:
Posting Komentar