Kendati merek telah lama berperan
dalam perniagaan, namun baru pada abad ke-20 berbagai diskusi mengenai merek
banyak bermunculan. Merek dipandang sebagai sesuatu yang sangat penting dalam
pemasaran (Susanto dan Wijanarko: 2004). Merek dianggap –dan memang benar
adanya- sebagai pembeda produk yang satu dengan yang lain. Berbagai riset
pemasaran diselenggarakan untuk memantapkan berbagai kerangka teoritis tentang
merek. Penafsiran merek yang unik telah memperkuat penggunaan berbagai atribut
produk, nama, kemasan, strategi distribusi dan periklanan.
Contoh gamblang dari berharganya
merek adalah pemberian lisensi. Pada tahun 1988 Sunkist menerima $ 10,3 juta
dalam bentuk royalty. Bagaimana tidak, merek Sunkist banyak digunakan produk
lain seperti Sunkist Fruit Gems (permen Ben Myerson), soda jeruk Sunkist
(Cadburry Schweppes), minuman jus Sunkist (Lipton), Sunkist Vitamin-C
(Ciba-Geigy).
Nilai suatu merek yang mapan
sebanding dengan kenyataan bahwa saat ini sangat sulit menciptakan merek
dibandingkan dengan beberapa dasawarsa lalu. Pertama, biaya iklan dan distribusi yang semakin tinggi. Kedua, persaingan membangun merek
semakin ketat. Dipicu dengan era industri, banyak merek-merek baru bermunculan.
Susanto dan Wijanarko (2004) menyatakan bahwa saat ini tidak kurang dari 3000
merek diperkenalkan di toko-toko swalayan. Saat ini sudah ada lebih dari 200
merek mobil, 150 merek kosmetik dan ratusan atau bahkan ribuan merek pakaian
jadi.
Kata ataupun urgensi dari merek
itu sendiri semakin lama semakin berkembang. Pada awal mula kemunculannya,
merek hanya dipandang sebagai sesuatu yang melekat pada produk. Seperti minuman
soda manis berwarna hitam nan menyegarkan diberi tulisan Coca-Cola dan jadilah
minuman tersebut bernama Coca-Cola. Lambat laun merek tidak hanya berkutat pada
permasalahan nama saja, melainkan sudah mempengaruhi objek ataupun produk tersebut.
Pada masa ini, kemasan dan bentuk produk sudah mulai dipikirkan dan disesuaikan
dengan merek. Kedigdayaan merek semakin terbukti tatkala merek sudah mulai
berperan sebagai simbol atau citra. Ferrari melambangkan kecepatan dan
kemewahan, Honda simbol sepeda motor dengan citra irit dan lain sebagainya.
Konsistensi diperlukan agar merek
menjadi spesifik dan mempunyai daya pembeda dalam benak konsumen. Melalui cara
ini, pesaing tidak mempunyai kesempatan untuk menempati posisi merek tersebut
dalam benak konsumen. Diferensiasi harus diutamakan pada manfaat yang
dibutuhkan pelanggan, bukan hanya pada proses produksi. Seringkali perusahaan
lebih mementingkan peningkatan penjualan ketimbang kepercayaan konsumen. Merek
harus memberikan nilai positif kepada pelanggan dengan mempertinggi
interpretasi dan pemrosesan pengambilang keputusan pembelian.
Merek didefinisikan oleh Kotler
(2003) sebagai nama, simbol, tanda,
atau desain atau kombinasi diantaranya, dan ditujukan untuk mengidentifikasi
barang atau jasa dari seorang penjual atau kelompok penjual dan untuk
membedakannya dari para pesaingnya. Kamus Webster (dalam Rangkuti : 2008)
adalah to mark with stencil, as a box,
cask, etc. In order to give a description of the contents or the name of the
manufacturer. Dari dua definisi tersebut, ada kesamaan dimensi megenai
merek, yaitu sebagai identifikasi unik suatu produk. Dengan adanya merek, kita
dapat membedakan satu produk dengan produk yang lain.
Kotler menambahkan bahwa suatu merek adalah suatu simbol yang komplek yang
menjelaskan enam tingkatan pengertian, yaitu:
1)
Atribut produk. Merek memberikan ingatan pada atribut - atribut
tertentu dari suatu produk, misalnya jika kita mendengar merek Nutrisari,
tentunya kita teringat akan minuman rasa jeruk.
2)
Manfaat. Atribut - atribut produk yang dapat diingat melalui merek harus
dapat diterjemahkan dalam bentuk manfaat baik secara fungsional dan manfaat
secara emosional, misalnya atribut kekuatan kemasan produk menterjemahkan
manfaat secara fungsional dan atribut harga produk menterjemahkan manfaat
secara emosional yang berhubungan dengan harga diri dan status.
3)
Nilai. Merek mencerminkan nilai yang dimiliki oleh
produsen sebuah produk, misalnya merek Sony mencerminkan produsen elektronik
yang memiliki teknologi yang canggih dan modern.
4)
Budaya. Merek mempresentasikan suatu budaya tertentu,
misalnya Mercedes mempresentasikan budaya Jerman yang teratur, efisien, dan
berkualitas tinggi.
5)
Kepribadian. Merek dapat diproyeksikan pada suatu kepribadian
tertentu, misalnya Isuzu Panther yang diasosikan dengan kepribadian binatang
panther yang kuat (mesin kuat dan tahan lama).
6)
Pengguna. Merek mengelompokkan tipe - tipe konsumen yang
akan membeli atau mengkonsumsi suatu produk, misalnya Honda Jazz untuk konsumen
remaja dan pemuda.
Merek merupakan hal yang sangat penting, baik dari sisi konsumen ataupun
produsen. Dari sisi konsumen, keberadaan merek akan mempermudah pembelian serta
jaminan kualitas produk. Untuk membeli deterjen bubuk, seorang ibu rumah tangga
langsung ingat Rinso yang menurutnya juga berkualitas. Bayangkan saja jika
tidak ada merek, akan sangat sulit jika kita membutuhkan suatu produk tertentu.
Dari sisi produsen, merek merupakan sarana komunikasi. Dengan adanya merek,
konsumen akan mudah memasarkan produk serta memberikan janji-janji manis
keunggulan produk. Merek dapat dengan mudah diketahui ketika diperlihatkan atau
ditempatk di rak display.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar