Halaman

Rabu, 11 Januari 2012

Dari Guttenberg Sampai Zuckerberg

Tahun 1455 merupakan titik perubahan era komunikasi. Pada tahun ini Gutenberg telah berhasil menciptakan sebuah alat yang mungkin tidak pernah terpikirkan sebelumnya, yaitu alat cetak -meskipun masih terjadi perdebatan karena mesin serupa telah ditemukan di Cina 600 tahun sebelumnya-. Penciptaan alat cetak ini tentu saja menjadi sebuah fenomena tersendiri.  Gutenberg tidak hanya berhasil menciptakan mesin cetak, dia juga telah berhasil menciptakan sebuah pola pikir baru tentang buku (ataupun media cetak lainnya). Pada zaman itu belum tercipta suatu media yang dapat menjadi penyebar informasi kepada khalayak dalam jumlah yang banyak. Budaya lisan pada zaman itu sangatlah kental. Pesan-pesan seringkali -dan memang hanya- disampaikan melalui lisan. Maka terciptalah cerita-cerita rakyat, mitos, dongeng, puisi, lagu dls.

Sebelumnya, buku merupakan sebuah benda yang teramat mahal dan hanya beberapa gelintir orang saja yang mampu membeli. Bayangkan saja, sebelum terciptanya mesin cetak (movable printer) oleh Gutenberg Anda harus menyalin sebuah buku dengan tulisan tangan. Saya tidak habis pikir, bagaimana dengan buku-buku teks kuliah yang tebalnya bisa mencapai 300-400 halaman!! Revolusi pun dimulai. Dengan bantuan mesin cetak Gutenberg proses produksi buku menjadi lebih cepat, mudah dan tentunya murah. Buku pertama yang dicetak oleh mesin ini adalah Injil.  

Budaya tulisan pun dimulai. Tidak hanya buku yang berkembang, tapi industri surat kabar pun mulai bermunculuan. Aeropagetica (1644), Publick Occureness (1690), New York Sun (1833), Kompas, Pikiran Rakyat, Lampu Merah, Pos Kota dan ribuan atau bahkan jutaan nama surat kabar bermunculan. Kemudian penemuan telepon dan telegraph oleh Bell dan Morse (pada akhir 1900an) juga telah menciptakan era komunikasi baru. Komunikasi telepon pertama kali dilakukan oleh Alexander Graham Bell dan asistennya Watson pada 10 Maret 1876. Penemuan telepon dan telegraph telah menciptakan komunikasi dengan perantara mesin (Machine-Assisted Communication). Pola komunikasi ini membuat komunikasi interpesonal dapat dilakukan tanpa harus bertatap muka. Malin Kundang (di Pulau Sumatera) dapat berinteraksi dengan Kabayan (Jawa Barat) melalui telepon. Kemudian disusul lagi dengan penemuan radio, televisi, music recording, film. Media massa menjadi beragam.

Satu revolusi lagi tercipta pada saat mulai digunakannya internet pada ranah publik. Internet -yang sebelumnya bernama ARPANet- pada awal mulanya tidak ditujukan untuk penggunaan secara umum. Internet hanyalah sebuan jaringan komunikasi yang dapat mempermudah komunikasi antara ilmuwan di Departemen Pertahanan Amerika Serikat dengan Pemerintah Pusat. Sungguh pemikiran yang revolusioner.

Internet terus berkembang dan semakin variatif. Berbagai fitur baru bermunculan; www, search engine, chatting, email, blog, e-commerce, e-learning, Youtube, sampai pada media social (myspace, facebook, twitter) yang kini sedang digemari. Banyak sekali faktor yang membuat internet ini semakin digandrungi dan menjadi media kontemporer. Kemajuan di bidang sangat mempengaruhi perkembangan internet. Para Jenius di Sillicon Valley lah yang setidaknya mendongkrak perkembangan internet.

Entah sudah berapa juta alamat website di internet, berapa juta informasi tersedia, berapa juta email yang setiap hari terkirim, berapa juta video yang diunggah di Youtube. Internet semakin crowded. Bahkan teknologi IPv4 pun sudah tidak sanggup menampung ratusan juta lalu-lintas internet dan harus dialihkan ke IPv6.

Media social tentunya menjadi suatu tren tersendiri. Friendster, MySpace, Facebok, Twitter, FourSquare dll menjadi magnet bagi masyarakat untuk ikut menjadi pengguna aktif internet. Hari ini nampaknya agak kurang gaul kalau belum memiliki satu akun media social. Saya sendiri mau tidak mau harus menuruti tren dengan memiliki akun di lebih dari satu media social.

Bahkan beberapa fenomena pun tercipta akibat bantuan dari media social. Sebut saja aksi pengumpulan koin Prita, Bibit-Chandra dan beberapa kasus lainnya. Sisi negatifnya pun ada, penculikan anak, ketagihan (addiction), blind date yang kerap kali berujung pada perkosaan dll.

Perkembangan teknologi komunikasi ini tentunya tidak akan berhenti pada media social. Gutenberg, Bell, Morse, Marconi, Page-Bin, Jack Dorsey dan Zuckenberg merupakan nama-nama para pencipta tren komunikasi tersebut. Entah akan ada kejuta apa lagi dalam perkembangan teknologi komunikasi, dan saya harap seh akan muncul nama orang Indonesia.... Yaah...kita tunggu aja beberapa tahun ke depan


Bahan Bacaan:
Baran and Davis. 2009. Mass Communication Theory: Foundations, Ferment and Future. Sixth Edition. USA: Wadsworth
Paxson, Peyton. 2010. Mass Communication and Media Studies: An Introduction. New York: Continuum International Publishing Book







Tidak ada komentar:

Posting Komentar