Halaman

Senin, 09 April 2012

Komunikasi : Transmission of messages and Production and exchange meanings


Apa itu komunikasi? Pertanyaan yang sangat menantang bagi kita semua, karena akan memunculkan jawaban yang tidak berujung. Berdiskusi dengan teman seputar kenaikan harga BBM, obrolan warung kopi tentang lagu baru Ayu Ting Ting (Sik Asik), menggoda gadis cantik kembang desa, rapat paripurna DPR, melamun, gaya berpakaian, gaya rambut, menonton televisi, menulis laporan tahunan, ceramah solat jumat, menangis dan masih banyak lagi fenomena komunikasi yang sanggup saya tulis. Bermula dari pertanyaan sederhana itu pun muncul ratusan definisi komunikasi. Berikut ini berbagai definisi komunikasi yang saya dapat dari Wikipedia[1]:
1.    Komunikasi adalah proses menyortir, memilih, dan pengiriman simbol-simbol sedemikian rupa agar membantu pendengar membangkitkan respons/ makna dari pemikiran yang serupa dengan yang dimaksudkan oleh komunikator. (Raymond Ross)
2.    Komunikasi terjadi saat satu sumber menyampaikan pesan kepada penerima dengan niat sadar untuk memengaruhi perilaku mereka. (Gerrard Miller)
3.    Komunikasi adalah proses suatu ide dialihkan dari satu sumber kepada satu atau banyak penerima dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka. (Everret M. Rogers)
4.    Komunikasi adalah suatu proses yang memungkinkan seseorang menyampaikan rangsangan (biasanya dengan menggunakan lambang verbal) untuk mengubah perilaku orang lain. (Carl Hovland)
5.    Komunikasi adalah transmisi informasi yang terdiri dari rangsangan diskriminatif dari sumber kepada penerima. (Newcomb)
6.    Komunikasi adalah proses transmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan dan sebagainya dengan menggunakan simbol-simbol, kata-kata, gambar, grafis, angka, dsb. (Bernard Barelson and Gary Steiner)
Kesemua definisi tersebut menggambarkan komunikasi sebagai sebuah proses penyampaian pesan (transmission messages). Sudut pandang ini lebih memusatkan perhatian pada tahapan penyampaian pesan. Bagaimana pengirim (source) mengirimkan pesan, media apa yang digunakan, seberapa besar gangguan yang diterima, serta kapasitas penerimaan pesan penerima (destination/receiver). Model paling mudah untuk membantu pemahaman kita mengenai komunikasi sebagai penyampaian pesan adalah model dari Harold Lasswell “Who Says what To whom In which channel With what effect?”
Selain penyampaian pesan, terdapat sudut pandang komunikasi yang lain yaitu produksi dan pertukaran makan (production and exchange meanings). Sudut pandang yang satu ini lebih memusatkan studi komunikasi pada cara bagaimana pesan (teks) berinteraksi dengan manusia untuk menciptakan makna (pembentukan makna)[2]. Mulyana (2001: 256) mengutip pendapat R. Brown, menjelaskan bahwa makna sebagai sebuah kecenderungan (disposisi) total untuk menggunakan atau bereaksi terhadap suatu bentuk bahasa. Terdapat banyak komponen dalam makna yang dibangkitkan suatu kata atau kalimat. Selanjutnya Mulyana (2001: 256) menyatakan bahwa, makna muncul dari hubungan khusus antara kata (sebagai simbol verbal) dan manusia. Makna tidak melekat pada kata-kata namun kata-kata membangkitkan makna dalam pikiran  orang. Jadi, tidak ada hubungan langsung antara suatu objek dan simbol yang digunakan untuk mempresentasikannya.[3]
Ruang lingkup kajian ini adalah teks (pesan komunikasi) dan budaya. Teks mengacu pada semua pesan yang disampaikan. Bisa berupa tulisan, gambar, adegan dalam film/sinetron/ iklan, warna ataupun suara. Budaya merupakan modal dasar bagi suatu masyarakat sipil memaknai pesan tersebut.
Budaya disini tidak hanya mengacu pada entitas sebuah etnik budaya (suku, ras) tetapi lebih merujuk kepada some shared attributes to human groups[4]. Jika kita mengambil contoh masyarakat Baduy sebagai contoh masyarakat sipil, maka budaya masyarakat tersebut tidak hanya mengacu pada pakaian atau bentuk rumah tetapi lebih kepada satu set pemikiran yang mereka bagi bersama. Pemikiran yang mereka bagi tersebut kemudian digunakan untuk memproduksi norma, nilai, kepercayaan serta pandangan mereka terhadap dunia. Kesederhanaan, ketaatan pada ketua adat serta rasa kasih sayang terhadap alam merupakan atribut yang mereka bagi bersama. Dari seperangkat pemikirian tersebut, maka ponsel pintar (smartphone) Android[5], Samsung Galaxy Tab 7.7, Blackberry Onyx akan dimaknai sebagai sesuatu yang ”haram” untuk digunakan (bagi baduy dalam).
 Berbeda dengan kebanyakan masyarakat modern yang justru memaknai benda-benda elektronik tersebut sebagai identitas. Bukan rahasia lagi jika Blackberry saat ini sudah menjadi merek generik telepon seluler. Rasanya seperti ditancapkan anak panah beracun yang akan mematikan syaraf anda dalam waktu beberapa detik ketika diminta bertukar PIN BB sementara ponsel yang anda gunakan gunakan bukan Blackberry. Dan disinilah komunikasi berlangsung. Mereka mengkomunikasikan identitas mereka melalui kepemilikan gadget tersebut.
Kedua sudut pandang tersebut sangat memiliki perbedaan yang cukup mencolok dalam memandang audiens (receiver/destination). Pada sudut pandang pertama, audiens dinilai pasif. Proses komunikasi hanya akan berlangsung apabila source berniat untuk mengkomunikasikan sesuatu. Tanpa ada niat, proses komunikasi tidak akan berjalan. Setelah niat muncul, media dipilih, barulah audiens berperan dalam penerimaan pesan.
Sudut pandang kedua justru sebaliknya. Proses komunikasi baru akan berlangsung ketika penerima aktif membentuk makna dari pesan yang disampaikan. Proses “pembacaan” pesan inilah yang dimaksud makna tidak melekat pada kata-kata melainkan pada pikiran manusia. Pengalaman dan konteks budaya dimana audiens hidup sangat mempengaruhi proses pembentukan makna.
Itu artinya pesan akan dimaknai berbeda oleh masing-masing golongan masyarakat ataupun individu. Misalnya saja berita di Kompas.com yang bertajuk RIM bantah Blackberry sedang tenggelam. Bagi RIM berita ini akan dimaknai sebagai upaya mempertahankan eksistensi mereka terhadap gempuran para kompetitor yang giat melakukan manuver pemasaran. Bagi pengguna Blackberry berita ini tentu merupakan angin segar. Data meningkatnya jumlah pengunduh aplikasi Blackberry tentu akan menjadi nilai tersendiri bagi pengguna BB (Blackberry). Tapi mungkin para kompetitor BB akan memaknai pesan ini secara berbeda. Mereka akan beranggapan bahwa berita ini justru sebagai indikator kekhawatiran RIM pada gerak-gerik kompetitor yang semakin mengancam. 
Bagaimana dengan anda, pernahkan anda memaknai sebuah pesan komunikasi secara berbeda dengan sahabat anda? Jika pernah, berarti terdapat satu sisi "budaya" yang berbeda antara anda dengan teman anda tersebut.


[1] http://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_definisi_komunikasi
[2] Fiske, John. 1990. Introduction to Communication Studies: 2nd edition. London: Routledge
[3] http://atwarbajari.wordpress.com/tag/pembentukan-makna/
[4] Carey dalam McQuail, 2011

Selasa, 03 April 2012

Berbagai Definisi Framing

Ide tentang framing, pertama kali dilontarkan oleh Beterson tahun 1955. Frame pada awalnya dimaknai sebagai struktur konseptual atau perangkat kepercayaan yang mengorganisir pandangan politik, kebijakan dan wacana, dan yang menyediakan kategori-kategori standar untuk mengapresiasi realitas. Konsep ini kemudian dikembangkan lebih jauh oleh Goffman (1974) yang mengandaikan frame sebagai kepingan-kepingan perilaku (strips of behaviour) yang membimbing individu dalam membaca realitas.

Peneliti yang paling konsisten mendiskusikan dan mengimplementasikan konsep framing adalah Willian A. Gamson. Gamson terkenal dengan pendekatan konstruksionisnya untuk menganalisis wacana komunikasi. Menurut Gamson dan Modigliani, frame adalah cara bercerita atau gugusan ide-ide yang terorganisir sedemikian rupa dan menghadirkan konstruksi makna peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan objek suatu wacana. 
 
Selain Gamson dan Modigliani, berkaitan dengan dilihatnya framing sebagai proses seleksi dan penonjolan aspek tertentu dari realitas oleh media, Robert M. Entman lebih lanjut mendefinisikan framing sebagai seleksi dari berbagai aspek realitas yang diterima dan membuat peristiwa itu lebih menonjol dalam suatu teks komunikasi. Dalam banyak hal itu berarti menyajikan secara khusus definisi terhadap masalah, interpretasi sebab akibat, evaluasi moral, dan tawaran penyelesaian sebagaimana masalah itu digambarkan.
Ada beberapa tokoh yang memberikan definisi framing. Beberapa definisi para ahli tersebut adalah sebagai berikut:

Robert N. Entman  
Proses seleksi dari berbagai aspek realitas sehingga bagian tertentu dari peristiwa itu lebih menonjol dibandingkan aspek lain. Ia juga menyertakan penempatan informasi-informasi dalam konteks yang khas sehingga sisi tertentu mendapatkan alokasi lebih besar daripada sisi yang lain.    

William A. Gamson  
Cara bercerita atau gugusan ide-ide yang terorganisir sedemikian rupa dan menghadirkan konstruksi makna peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan objek suatu wacana. Cara bercerita itu terbentuk dalam sebuah kemasan (package). Kemasan itu semacam skema atau struktur pemahaman yang digunakan individu untuk mengkonstruksi makna pesan-pesan yang ia sampaikan, serta untuk menafsirkan makna pesan-pesan yang ia terima.    

Todd Gitlin  
Strategi bagaimana realitas/dunia dibentuk dan disederhanakan sedemikian rupa untuk ditampilkan kepada khalayak pembaca. Peristiwa-peristiwa ditampilkan dalam pemberitaan agar tampak menonjol dan menarik perhatian khalayak pembaca.itu dilakukan dengan seleksi, pengulangan, penekanan, dan presentasi aspek tertentu dari realitas.    

David E. Snow and Robert Benfort  

Pemberian makna untuk menafsirkan peristiwa dan kondisi yang relevan. Frame mengorganisasikan sistem kepercayaan dan diwujudkan dalam kata kunci tertentu, anak kalimat, citra tertentu, sumber informasi, dan kalimat tertentu.    

Amy Binder  
Skema interpretasi yang digunakan oleh individu untuk menempatkan, menafsirkan, mengidentifikasi, dan melabeli peristiwa secara langsung atau tidak langsung. Frame mengorganisir peristiwa yang kompleks ke dalam bentuk dan pola yang mudah dipahami dan membantu individu untuk mengerti makna peristiwa.    

Zhongdang Pan and Gerald M. Kosicki
Strategi konstruksi dan memproses berita. Perangkat kognisi yang digunakan dalam mengkode informasi, menafsirkan peristiwa, dan dihubungkan dengan rutinitas dan konvensi pembentukan berita.