Apa
itu komunikasi? Pertanyaan yang sangat menantang bagi kita semua, karena akan
memunculkan jawaban yang tidak berujung. Berdiskusi dengan teman seputar
kenaikan harga BBM, obrolan warung kopi tentang lagu baru Ayu Ting Ting (Sik
Asik), menggoda gadis cantik kembang desa, rapat paripurna DPR, melamun, gaya
berpakaian, gaya rambut, menonton televisi, menulis laporan tahunan, ceramah
solat jumat, menangis dan masih banyak lagi fenomena komunikasi yang sanggup
saya tulis. Bermula dari pertanyaan sederhana itu pun muncul ratusan definisi
komunikasi. Berikut ini berbagai definisi komunikasi yang saya dapat dari Wikipedia[1]:
1.
Komunikasi
adalah proses menyortir, memilih, dan pengiriman simbol-simbol sedemikian rupa
agar membantu pendengar membangkitkan respons/ makna dari pemikiran yang serupa
dengan yang dimaksudkan oleh komunikator. (Raymond Ross)
2.
Komunikasi
terjadi saat satu sumber menyampaikan pesan kepada penerima dengan niat sadar
untuk memengaruhi perilaku mereka. (Gerrard Miller)
3.
Komunikasi
adalah proses suatu ide dialihkan dari satu sumber kepada satu atau banyak
penerima dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka. (Everret M. Rogers)
4.
Komunikasi
adalah suatu proses yang memungkinkan seseorang menyampaikan rangsangan
(biasanya dengan menggunakan lambang verbal) untuk mengubah perilaku orang
lain. (Carl Hovland)
5.
Komunikasi
adalah transmisi informasi yang terdiri dari rangsangan diskriminatif dari
sumber kepada penerima. (Newcomb)
6.
Komunikasi
adalah proses transmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan dan sebagainya
dengan menggunakan simbol-simbol, kata-kata, gambar, grafis, angka, dsb.
(Bernard Barelson and Gary Steiner)
Kesemua definisi
tersebut menggambarkan komunikasi sebagai sebuah proses penyampaian pesan (transmission messages). Sudut pandang
ini lebih memusatkan perhatian pada tahapan penyampaian pesan. Bagaimana pengirim
(source) mengirimkan pesan, media apa
yang digunakan, seberapa besar gangguan yang diterima, serta kapasitas
penerimaan pesan penerima (destination/receiver).
Model paling mudah untuk membantu pemahaman kita mengenai komunikasi sebagai
penyampaian pesan adalah model dari Harold Lasswell “Who Says what To whom In
which channel With what effect?”
Selain
penyampaian pesan, terdapat sudut pandang komunikasi yang lain yaitu produksi
dan pertukaran makan (production and
exchange meanings). Sudut pandang yang satu ini lebih memusatkan studi
komunikasi pada cara bagaimana pesan (teks) berinteraksi dengan manusia untuk
menciptakan makna (pembentukan makna)[2]. Mulyana (2001: 256) mengutip pendapat R.
Brown, menjelaskan bahwa makna sebagai sebuah kecenderungan (disposisi) total
untuk menggunakan atau bereaksi terhadap suatu bentuk bahasa. Terdapat banyak
komponen dalam makna yang dibangkitkan suatu kata atau kalimat. Selanjutnya
Mulyana (2001: 256) menyatakan bahwa, makna muncul dari hubungan khusus antara
kata (sebagai simbol verbal) dan manusia. Makna tidak melekat pada kata-kata
namun kata-kata membangkitkan makna dalam pikiran orang. Jadi, tidak ada
hubungan langsung antara suatu objek dan simbol yang digunakan untuk
mempresentasikannya.[3]
Ruang lingkup
kajian ini adalah teks (pesan komunikasi) dan budaya. Teks mengacu pada semua
pesan yang disampaikan. Bisa berupa tulisan, gambar, adegan dalam
film/sinetron/ iklan, warna ataupun suara. Budaya merupakan modal dasar bagi
suatu masyarakat sipil memaknai pesan tersebut.
Budaya disini
tidak hanya mengacu pada entitas sebuah etnik budaya (suku, ras) tetapi lebih
merujuk kepada some shared attributes to
human groups[4].
Jika kita mengambil contoh masyarakat Baduy sebagai contoh masyarakat sipil,
maka budaya masyarakat tersebut tidak hanya mengacu pada pakaian atau bentuk
rumah tetapi lebih kepada satu set pemikiran yang mereka bagi bersama. Pemikiran
yang mereka bagi tersebut kemudian digunakan untuk memproduksi norma, nilai,
kepercayaan serta pandangan mereka terhadap dunia. Kesederhanaan, ketaatan pada
ketua adat serta rasa kasih sayang terhadap alam merupakan atribut yang mereka
bagi bersama. Dari seperangkat pemikirian tersebut, maka ponsel pintar
(smartphone) Android[5],
Samsung Galaxy Tab 7.7, Blackberry Onyx akan dimaknai sebagai sesuatu yang ”haram”
untuk digunakan (bagi baduy dalam).
Berbeda dengan kebanyakan masyarakat modern
yang justru memaknai benda-benda elektronik tersebut sebagai identitas. Bukan
rahasia lagi jika Blackberry saat ini sudah menjadi merek generik telepon
seluler. Rasanya seperti ditancapkan anak panah beracun yang akan mematikan
syaraf anda dalam waktu beberapa detik ketika diminta bertukar PIN BB sementara
ponsel yang anda gunakan gunakan bukan Blackberry. Dan disinilah komunikasi
berlangsung. Mereka mengkomunikasikan identitas mereka melalui kepemilikan
gadget tersebut.
Kedua sudut
pandang tersebut sangat memiliki perbedaan yang cukup mencolok dalam memandang
audiens (receiver/destination). Pada sudut
pandang pertama, audiens dinilai pasif. Proses komunikasi hanya akan
berlangsung apabila source berniat
untuk mengkomunikasikan sesuatu. Tanpa ada niat, proses komunikasi tidak akan
berjalan. Setelah niat muncul, media dipilih, barulah audiens berperan dalam
penerimaan pesan.
Sudut pandang
kedua justru sebaliknya. Proses komunikasi baru akan berlangsung ketika penerima
aktif membentuk makna dari pesan yang disampaikan. Proses “pembacaan” pesan
inilah yang dimaksud makna tidak melekat pada kata-kata melainkan pada pikiran
manusia. Pengalaman dan konteks budaya dimana audiens hidup sangat mempengaruhi
proses pembentukan makna.
Itu artinya
pesan akan dimaknai berbeda oleh masing-masing golongan masyarakat ataupun
individu. Misalnya saja berita di Kompas.com yang bertajuk RIM
bantah Blackberry sedang tenggelam. Bagi RIM berita ini akan dimaknai
sebagai upaya mempertahankan eksistensi mereka terhadap gempuran para kompetitor
yang giat melakukan manuver pemasaran. Bagi pengguna Blackberry berita ini
tentu merupakan angin segar. Data meningkatnya jumlah pengunduh aplikasi
Blackberry tentu akan menjadi nilai tersendiri bagi pengguna BB (Blackberry).
Tapi mungkin para kompetitor BB akan memaknai pesan ini secara berbeda. Mereka
akan beranggapan bahwa berita ini justru sebagai indikator kekhawatiran RIM
pada gerak-gerik kompetitor yang semakin mengancam.
Bagaimana dengan anda, pernahkan anda memaknai sebuah pesan komunikasi secara berbeda dengan sahabat anda? Jika pernah, berarti terdapat satu sisi "budaya" yang berbeda antara anda dengan teman anda tersebut.
[1] http://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_definisi_komunikasi
[2]
Fiske, John. 1990. Introduction to Communication Studies: 2nd
edition. London: Routledge
[3] http://atwarbajari.wordpress.com/tag/pembentukan-makna/
[4]
Carey dalam McQuail, 2011
[5] sistem
operasi yang berbasis Linux untuk telepon
seluler seperti telepon pintar dan komputer
tablet